Di dalam bahasa Indonesia terdapat aturan baku dalam pengguanaanya baik dalam penulisan dan percakapan. Namun prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan baku tersebut. Kata-kata tersebut disebut juga dengan kata non baku.
CIRI-CIRI BAHASA BAKU
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam:
1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi
2. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran.
3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya.
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- cantik sekali - cantik banget
- lurus saja - lempeng saja
- masih kacau - masih sembraut
- uang - duit
- tidak mudah - enggak gampang
- diikat dengan kawat - diikat sama kawat
- bagaimana kabarnya - gimana kabarnya
Contoh kalimat:
Kalimat Tidak Baku
1. Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
2. Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
3. Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B.
6. Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
Kalimat Baku
1. Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
2. Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
3. Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.
6. Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
EyD (Ejaan yang disempurnakan) mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- bersama-sama - bersama2
- melipatgandakan - melipat gandakan
- pergi ke pasar - pergi kepasar
- ekspres - ekspres, espres
- sistem - sistim
Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah.
Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- atap - atep
- menggunakan - menggaken
- pendidikan - pendidi’an
- kalaw - kalo,kalo’
- habis - abis
- dengan - dengen
- subuh - subueh
- senin - senen
- mantap - mantep
- pergi - pigi
- hilang - ilang
- dalam - dalem
1. Ragam Tidak Baku (a)
Ragam Baku (b)
1. a. Bilang dahulu dong sama saya punya bini.
b. Bicarakan dahulu dengan istri saya.
2. a. Memang kebangetan itu anak belum mandi sudah makan gado-gado.
b. Memang keterlaluan anak itu belum mandi sudah makan gado-gado.
3. a. Pengendara motor dilarang lewat jalan ini kecuali yang pakai helm.
b. Pengendara motor dilarang melewati jalan ini, kecuali mereka yang memakai helm.
Jadi kesimpulannya adalah Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok ajuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa baku bahasa Indonesia memang sulit untuk dijalankan, atau yang digunakan karena untuk memahaminay dibutuhkan daya nalar yang tinggi. Dengan menggunakan ragam bahasa baku, seseorang akan menaikkan prestisenya.
Pesan Tiket Mudah Murah
Selasa, 11 Januari 2011
CARA MAKAN YANG BAIK
Kita tahu bahwa memakan makanan merupakan kegiatan naluriah yang dimiliki setiap makhluk hidup. Begitu juga dengan kita sebagai manusia, makan merupakan kebutuhan untuk keberlangsungan hidup. Tanpa makan kita tentu saja akan mati. Namun makan tanpa pengetahuan tentang cara makan yang baik, ternyata juga dapat mendorong kita untuk cepat mati.
Kehidupan modern telah mengkondisikan manusia pada pola hidup yang serba instan. Karena kesibukan kerja pula kitapun dicecoki pemahaman dan dipolakan bahwa makan dilakukan menurut jam tertentu. Begitu juga makan harus dilakukan tiga kali sehari. Tampaknya kita semakin dijauhkan dengan kesadaran terhadap kebutuhan tubuh kita sendiri. Bagaimana mungkin pihak lain yang menentukan kebutuhan terhadap tubuh kita, dan bukannya oleh kesadaran kita sendiri. Kita yang memiliki tubuh malah tidak tahu dengan kebutuhan tubuhnya.
Untuk memperoleh hasil yang optimal dari kegiatan makan, kita harus mengetahui cara makan yang baik. Cara makan yang baik akan menentukan proses pencernaan di dalam tubuh secara baik pula. Dalam proses pengolahan makanan inilah, tubuh kita memainkan perannya yang sangat penting. Berbagai unsur maupun komponen penting berfungsi optimal agar makanan yang masuk ke dalam tubuh diolah secara optimal. Dengan kerja yang optimal ini maka diharapkan hasilnya berupa berbagai kandungan gizi yang terdapat dalam makanan dapat diserap oleh tubuh secara optimal pula.
Makanan yang masuk dalam mulut akan dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan. Proses penghancuran makanan oleh mulut ini dibantu oleh air liur. Frekuensi pengunyahan turut menentukan proses pelumatan makanan oleh lambung. Makanan yang dikunyah dengan jumlah yang cukup akan dapat meringankan kerja lambung. Namun kalau makanan dikunyak sekedarnya, maka makanan yang masih cukup padat itu akan memperberat kerja lambung dalam menguraikannya.
Selain itu, janganlah kita makan melebihi kapasitas perut. Lambung sebagai mesin pengolah makanan, rata-rata dapat menampung makanan hingga 1,5 liter. Meski demikian, lambung bersifat lentur yang dapat mengembang maupun mengecil. Yang mengetahui secara pasti kapasitas perut kita dalam menampung makanan yang kita makan adalah kita sendiri. Begitu terasa kenyang, maka itu menandakan bahwa kapasitas lambung dalam menampung makanan sudah optimal. Oleh karena itu segera berhenti makan.
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa kerja lambung akan optimal apabila jumlah makanan yang masuk tidak terlalu banyak. Oleh karena itu kita sebaiknya berhenti makan sebelum perut merasakan kenyang. Apabila lambung dapat bekerja secara optimal, maka saripati makanan dalam bentuk berbagai kandungan gizi dapat diserap secara optimal pula oleh tubuh. (*)
JANGAN MINUM AIR SAAT MAKAN
Pepatah mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Terlepas dari kebenaran relasi antara tubuh yang sehat dengan jiwa yang sehat, namun yang pasti tubuh yang sehat sangat ditentukan oleh organ pencernaan yang dinamakan lambung. Kalau lambung kita sehat maka tubuh kita juga akan sehat. Sehingga muncul pameo bahwa sumber penyakit ditentukan oleh kondisi lambung kita.
Sebagai mesin pengolah makanan yang masuk ke dalam perut, lambung memang memainkan peran yang sangat vital. Dengan lambung yang baik dan sehat, maka proses pengolahan makanan juga dapat berlangsung baik. Sehingga kandungan gizi yang terdapat dalam makanan yang kita makan, dapat diserap oleh tubuh secara efektif.
Lambung akan dapat mengolah makanan dengan baik, kalau proses pengunyahan makanan di dalam mulut juga dilakukan dengan baik pula, baik menyangkut frekuensi pengunyahan maupun dukungan unsure tambahan saat mengunyah. Saat mengunyah, makanan diolah dengan bantuan air liur dalam mulut.
Seorang ahli gizi mengatakan bahwa saat kita mengunyah makanan, sebaiknya tidak disertai dengan minum air. Alasannya, proses penghancuran makanan di dalam mulut, tidak hanya dilakukan oleh gigi kita melainkan juga dibantu peran air liur sebagai pengurai bahan makanan.
Air liur akan membantu proses itu dengan mengeluarkan enzim untuk mengikat kandungan gizi dalam makanan. Adanya tambahan air yang diminum saat mengunyah makanan justru dapat memisahkan enzim air liur dengan kandungan gizi dari makanan. Hal ini dapat mengurangi efektifitas penyerapan zat gizi oleh tubuh setelah proses pengolahan dalam lambung.
Bahkan sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa sebaiknya kita tidak langsung minum air selama atau sesudah makan. Hal ini terutama untuk membantu proses pencernaan yang terjadi dari sejak makanan masuk ke dalam mulut hingga proses dilakukan oleh lambung. Minum air diperkenankan ketika kondisi terpaksa, seperti makanan yang terlalu padat sehingga agak sulit ditelan. Kalaupun minum sesudah makan, lakukanlah dengan sedikit air saja. (*)
Kehidupan modern telah mengkondisikan manusia pada pola hidup yang serba instan. Karena kesibukan kerja pula kitapun dicecoki pemahaman dan dipolakan bahwa makan dilakukan menurut jam tertentu. Begitu juga makan harus dilakukan tiga kali sehari. Tampaknya kita semakin dijauhkan dengan kesadaran terhadap kebutuhan tubuh kita sendiri. Bagaimana mungkin pihak lain yang menentukan kebutuhan terhadap tubuh kita, dan bukannya oleh kesadaran kita sendiri. Kita yang memiliki tubuh malah tidak tahu dengan kebutuhan tubuhnya.
Untuk memperoleh hasil yang optimal dari kegiatan makan, kita harus mengetahui cara makan yang baik. Cara makan yang baik akan menentukan proses pencernaan di dalam tubuh secara baik pula. Dalam proses pengolahan makanan inilah, tubuh kita memainkan perannya yang sangat penting. Berbagai unsur maupun komponen penting berfungsi optimal agar makanan yang masuk ke dalam tubuh diolah secara optimal. Dengan kerja yang optimal ini maka diharapkan hasilnya berupa berbagai kandungan gizi yang terdapat dalam makanan dapat diserap oleh tubuh secara optimal pula.
Makanan yang masuk dalam mulut akan dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan. Proses penghancuran makanan oleh mulut ini dibantu oleh air liur. Frekuensi pengunyahan turut menentukan proses pelumatan makanan oleh lambung. Makanan yang dikunyah dengan jumlah yang cukup akan dapat meringankan kerja lambung. Namun kalau makanan dikunyak sekedarnya, maka makanan yang masih cukup padat itu akan memperberat kerja lambung dalam menguraikannya.
Selain itu, janganlah kita makan melebihi kapasitas perut. Lambung sebagai mesin pengolah makanan, rata-rata dapat menampung makanan hingga 1,5 liter. Meski demikian, lambung bersifat lentur yang dapat mengembang maupun mengecil. Yang mengetahui secara pasti kapasitas perut kita dalam menampung makanan yang kita makan adalah kita sendiri. Begitu terasa kenyang, maka itu menandakan bahwa kapasitas lambung dalam menampung makanan sudah optimal. Oleh karena itu segera berhenti makan.
Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa kerja lambung akan optimal apabila jumlah makanan yang masuk tidak terlalu banyak. Oleh karena itu kita sebaiknya berhenti makan sebelum perut merasakan kenyang. Apabila lambung dapat bekerja secara optimal, maka saripati makanan dalam bentuk berbagai kandungan gizi dapat diserap secara optimal pula oleh tubuh. (*)
JANGAN MINUM AIR SAAT MAKAN
Pepatah mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Terlepas dari kebenaran relasi antara tubuh yang sehat dengan jiwa yang sehat, namun yang pasti tubuh yang sehat sangat ditentukan oleh organ pencernaan yang dinamakan lambung. Kalau lambung kita sehat maka tubuh kita juga akan sehat. Sehingga muncul pameo bahwa sumber penyakit ditentukan oleh kondisi lambung kita.
Sebagai mesin pengolah makanan yang masuk ke dalam perut, lambung memang memainkan peran yang sangat vital. Dengan lambung yang baik dan sehat, maka proses pengolahan makanan juga dapat berlangsung baik. Sehingga kandungan gizi yang terdapat dalam makanan yang kita makan, dapat diserap oleh tubuh secara efektif.
Lambung akan dapat mengolah makanan dengan baik, kalau proses pengunyahan makanan di dalam mulut juga dilakukan dengan baik pula, baik menyangkut frekuensi pengunyahan maupun dukungan unsure tambahan saat mengunyah. Saat mengunyah, makanan diolah dengan bantuan air liur dalam mulut.
Seorang ahli gizi mengatakan bahwa saat kita mengunyah makanan, sebaiknya tidak disertai dengan minum air. Alasannya, proses penghancuran makanan di dalam mulut, tidak hanya dilakukan oleh gigi kita melainkan juga dibantu peran air liur sebagai pengurai bahan makanan.
Air liur akan membantu proses itu dengan mengeluarkan enzim untuk mengikat kandungan gizi dalam makanan. Adanya tambahan air yang diminum saat mengunyah makanan justru dapat memisahkan enzim air liur dengan kandungan gizi dari makanan. Hal ini dapat mengurangi efektifitas penyerapan zat gizi oleh tubuh setelah proses pengolahan dalam lambung.
Bahkan sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa sebaiknya kita tidak langsung minum air selama atau sesudah makan. Hal ini terutama untuk membantu proses pencernaan yang terjadi dari sejak makanan masuk ke dalam mulut hingga proses dilakukan oleh lambung. Minum air diperkenankan ketika kondisi terpaksa, seperti makanan yang terlalu padat sehingga agak sulit ditelan. Kalaupun minum sesudah makan, lakukanlah dengan sedikit air saja. (*)
Langganan:
Postingan (Atom)