Pesan Tiket Mudah Murah

Minggu, 31 Oktober 2010

Topik, Tema dan Judul

Pengertian Topik, Tema, dan Judul

Topik merupakan salah satu unsur yang penting dalam wacana percakapan. Topik berasal dari bahasa Yunani yaitu “Topoi” yang berarti tempat dalam tulis menulis, pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan. Menurut Howe topic merupakan syarat terbentuknya wacana percakapan. Topik adalah pokok pembicaraan, pokok bahasan atau masalah yang akan dibahas. Topik harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum kegiatan tulis menulis dilakukan.

Tema adalah pengkhususan dari topik yang telah ditentukan. Tema merupakan amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya.Tema juga merupakan pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Tema akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel.menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarnya yang akan ditulis atau diuraikan.

Judul merupakan tulisan singkat suatu artikel atau disejbut juga miniatur isi bahasan. Judul adalah sebuah nama yang dipakai dalam buku , bab dalam buku atau kepala berita. Dalam artikel judul disebut juga kepala tulisan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik, usahakan tidak lebig dari 5 kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan.


Perbedaan Topik, Tema, dan Judul
Topik, tema dan judul pada dasarnya hampir sama maknanya, yaitu pokok pembicaraan dalam diskusi atau dialog, pokok pikiran suatu karangan dan nama yang digunakan untuk makalah atau buku. Perbedaanya diantara ketiganya adalah:
- Topik bersifat umum yaitu belum menggambarkan sudut pandang penulis.
- Tema juga masih bersifat umum berupa amanat utama yang disampaikan penulis melalui karangannya.
- Judul bersifat spesifik dan mengandung permasalahan yang lebih jelas dan terarah serta pembuatannya berawal dari topik.

Topik, Tema dan Judul yang Baik

1. Topik
Secara umum syarat topik yang baik yaitu :
a. Menarik untuk ditulis dan dibaca
Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan mengundang minat untuk membacanya.
b. Diukuasai dengan baik oleh penulis minimal prinsip-prinsip ilmiah.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai teori-teori (data sekunder), data di lapangan (data primer), menguasai waktu, biaya, metode pembahasan, bahasa yang digunakan dan bidang ilmu.

2. Tema
Syarat-syarat tema yang baik antara lain :
a. Tema harus menarik perhatian penulis
b. Harus diketahui atau dipahami penulis
c. Harus bermanfaat
d. Tema yang dipilih harus berada disekitar kita
e. Harus menarik
f. Ruang lingkupnya sempit dan terbatas
g. Memiliki data dan fakta yang efektif
h. harus memiliki sumber acuan.

3. Judul
Syarat-syarat judul yang baik :
a. Harus berbentuk frasa
b. Tanpa adanya singkatan atau akronim
c. Awalan kata harus huruf kapital, kecuali preposisi dan konjungsi
d. Tanpa tanda baca di akhir judul
e. Menarik perhatian
f. Logis
g. Sesuai dengan isi
h. Judul harus asli, relevan, proaktif, dan singkat.

Berikut ini adalah beberapa pertimbangan dalam membuat judul sebuah karangan.
a. Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung didalam tema yang dibuat.
b. Diungkapkan dalam kalimat yang sederhana tetapi mampu menunjukkan dengan jelas independent variable dan dependent variable-nya.
c. Menampilkan setting di mana atau kapan cerita itu terjadi.
d. Menggambarkan dengan jelas sekali cerita Anda kepada pembaca, sehingga tanpa membaca cerita Anda pun, pembaca sudah bisa menebak akan ke mana cerita ini berakhir.
e. Banyak penulis yang berkonsentrasi pada rima judul yang mereka buat. Itu adalah suatu pertimbangan yang bagus, karena perpaduan bunyi yang bagus biasanya dapat menggelitik pembaca. Pembaca akan berpikir bahwa penulis yang menciptakannya pastilah seorang yang kreatif. Ini sudah cukup dijadikan jaminan bahwa cerita yang dihasilkannya pun tentu bagus.
f. Menggunakan kalimat yang pendek lebih efektif dan memiliki kesan lebih kuat daripada kalimat panjang yang bertele-tele.
g. Munculkan suatu kontradiksi.


Referensi :
Hs, Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.
olivya-permata.blogspot.com
rangerwhite09-artikel.blogspot.com
gladysdizz.blogspot.com
www.galang.biz

Selasa, 26 Oktober 2010

Alenia

Alenia merupakan bagian dari wacana yang berisi satu gagasan pokok dan dapat diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas. Alenia terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya.
Paragraf adalah suatu penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan kalimat diman kalimat yang satu dengan kalimat yang lain saling berkaitan dan hanya memiliki suatu topic atau tema.

Alenia/paragraf diserap dari bahasa inggris “paragraph”. Paragraf juga berasal dari bahasa Yunani yaitu para- yang berarti sebelum dan grafein yang berarti menulis. Sedangkan
Alinea berasal dari bahasa Belanda. Kata Belanda itu sendiri dari kata Latin a linea yang berarti ‘mulai dari baris baru’.

A. Syarat-syarat pembentukan alinea:
1. Kesatuan/Kepaduan:
Semua kalimat secara bersama-sama menyatakan suatu hal dan berhubungan erat.
2. Koherensi dan Kohesi
kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alenia itu.
3. Perkembangan alinea
Perincian dari gagasan-gagasanyang membina alinea:
a. Kemampuan memperinci gagasan utama secara maksimal ke dalam gagasan-gagasan bawahan
b. Kemampuan mengurutkan gagasan bawahan secara teratur.

B. Macam-macam Alenia
a. Alenia pembuka
Berfungsi sebagai :
a. Membuka suatu karangan
b. Menarik minat dan perhatian pembaca
c. Menyiapkan
b. Alenia penghubung
Semua alenia yang terdapat diantara alenia pembuka dan penutup.
c. Alenia penutup
a. Mengakhiri karangan/bagian karangan
b. Mengandung kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian
c. Menimbulkan banyak kesan

C. Unsur-unsur Alenia
Terdapat 2 jenis unsure-unsur alenia :
a. Kalimat Utama
Merupakan kalimat yang memiliki inti kalimat dari pikiran penulis
b. Kalimat penjelas
Merupakan kalimat yang memiliki tujuan untuk menekankan atau mengantarkan pembaca sebelum ke kalimat inti. Kalimat penjelas bias dimiliki di akhir ataupun di awal kalimat.

D. Methode Perkembangan Alenia
Beberapa metode pengembangan alenia antara lain :
a. Klimaks dan AntiKlimaks
Klimaks yaitu suatu gagasan utama mula-mula yang diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya, kemudian berangsur-angsur disusun dengan sebuah gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Dengan kata lain, gagasan-gagasan bawahan disusun sekian macam sehingga gagasan-gagasan berikutnya lebih tinggi kepentingannya dari gagasan sebelumnya.
Variasi gagasan dari klimaks adalah anti-klimaks, yaitu menulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang lebih rendah.
b. Sudut pandang
Yaitu tempat dimana seorang pengarang melihat sesuatu. Mencangkup pengertian bagaimana pandangan dan anggapan penulis terhadap subjek yang sedang digarapnya.
c. Perbandingan dan pertentangan
Yaitu suatu cara seorang pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, objek, atau gagasan yang bertolak dari segi-segi tertentu.
d. Analogi
Yaitu perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan fungsi dari dua hal tersebut sebagai iliustrasi.
e. Proses
Yaitu suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari sesuatu peristiwa atau kejadian.
f. Sebab Akibat
Sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya atau sebaliknya.
g. Umum-Khusus
Gagasan utama diletakkan diawal alenia dan perincian-perinciannya terdapat dalam kalimat-kalimat berikutnya.
h. Klasifikasi
Yaitu sebuah proses untuk mengelompokkan gagasan-gagasan yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.
i. Definisi
Yaitu usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal.

Referensi : Bab 5 Paragraf.pdf
http://ridwanal-bantani.blogspot.com
http://Iaibcommunity.wordpress.com http://caripenghasilantambahan.blogspot.com

Sabtu, 16 Oktober 2010

Kalimat Efektif

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu

- Kepaduan
adanya hubungan timbal balik yang baik dan jelas di antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat tersebut. Kepaduan dalam kalimat akan rusak karena salah menempatkan kata depan (tentang, mengenai, akan). Kepaduan juga akan rusak karena salah menempatkan kata keterangan aspek (sudah, telah, akan) atau keterangan modalitas (harus, boleh, ingin) pada kalimat pasif.
Contoh : Mahasiswa sedang membicarakan tentang materi kuliah.
Kata tentang tidaklah padu. Penggunaannya tidak diperlukan, apabila ingin menggunakannya cukup merubah kata membicarakan menjadi berbicara.
Kalimat yang padu mencangkup kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.


- kesepadanan struktur
keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh :
- Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
- Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda
Contoh :
Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (Salah)
Dalam menyusun laporan itu saya dibantu oleh para dosen.(Benar)
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Salah)
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (Benar)

- keparalelan bentuk
Yang dimaksud keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Bentuk-bentuk kata yang sejajar dalam sebuah kalimat memperlihatkan pikiranpikiran/ gagasan-gagasan yang sejajar pula. Kesejajaran antara pikiran/gagasan dan bentuk bahasa yang dipakai dapat mempermudah pembaca untuk memahami makna kalimat.
Contoh :
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian
bahan bacaan, dan menyusun rancangan. (Salah)
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, mencari bahan
bacaan, dan menyusun rancangan. (Benar)

- ketegasan makna
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu member penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat yaitu :
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
b. Membuat urutan kata yang bertahap
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

- kehematan kata
yaitu hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh :
Setelah makalah ini diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan. (Salah)
Setelah diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan. (Benar)

- kecermatan penalaran (tidak ambigu)
Cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Dengan demikian, kita harus secara saksama mempertimbangkan setiap kata, kelompok kata, atau kalimat yang akan kita pakai agar pembaca memahami hal yang kita ungkapkan persis seperti yang kita maksudkan.
Contoh :
Pria dan wanita yang memakai pita akan mengikuti lomba balap karung. (Salah)
Wanita yang memakai pita dan pria akan mengikuti lomba balap karung. (Benar)

- kelogisan bahasa.
bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Di samping harus gramatikal, kalimat juga harus logis, dalam arti, harus mengandung penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal sehat.
Contoh :
Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua miliar itu
akan dibangun tahun depan. (Salah)
Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua miliar
itu akan dilaksanakan/dilakukan/dimulai tahun depan. (Benar)

Penggunaan kalimat efektif adalah mutlak untuk digunakan agar tercapai keseragaman gagasan antara penulis dan pembaca sehingga kejelasan kalimat akan tercapai. Dengan begitu, pembaca akan dapat mengerti maksud dari kalimat yang dirangkai oleh si penulis.

Referensi :
Kalimat_dalam_bahasa_indonesia.pdf
PengertianKalimat.pdf

Sabtu, 09 Oktober 2010

Interaksi Manusia dan Komputer

Interaksi Manusia dan Komputer (Human-Computer Interaction) adalah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan computer yang meliputi perancangan, evaluasi, dan implementasi antarmuka pengguna computer agar mudah digunakan oleh manusia. Sedangkan interaksi manusia dan computer itu sendiri adalah serangkaian proses, dialog dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk berinteraksi dengan computer yang keduanya saling memberikan masukkan dan umpan balik melalui sebuah antarmuka untuk memperoleh hasil akhir yang diharapkan. Para perancang antarmuka manusia dan computer berharap agar system computer yang dirancangnya dapat bersifat akrab dan ramah terhadap penggunanya (user friendly). Terdapat beberapa pemahaman tentang beberapa bidang ilmu untuk menerapkan hal tersebut yaitu:
- Teknik elektronika dan ilmu computer
Bidang ini memberikan kerangka kerja untuk dapat merancang system IMK;
- Psikologi
Mampu memahami sifat dan kebiasaan, persepsi dan pengolahan kognitif, serta kemampuan motorik pengguna;
- Perancangan grafis dan tipografi
Penggunaan gambar sebagai sarana dialog yang dianggap cukup efektif untuk berinteraksi antara manusia dan computer;
- Ergonomik
Berhubungan dengan aspek fisik untuk mendapatkan lingkungan kerja yang nyaman seperti bentuk meja dan kursi kerja, layar tampilan, bentuk keyboard, posisi duduk, pengaturan lampu, dan kebersihan tempat kerja.
- Antropoligi
Ilmu pengetahuan tentang menusia, member suatu pendangan tentang cara kerja berkelompok yang masing-masing anggotanya dapat memberikan kontribusi sesuai dengan bidangnya.
- Linguistic
Merupakan cabang ilmu yang mempelajari tetang bahasa. Untuk melakukan dialog diperlukan suatu sarana komunikasi yang berupa bahasa grafis, bahasa alami, behasa menu, bahasa perintah, dll.
- Sosiologi
Yaitu studi tentang pengaruh system manusia-komputer dalam struktur social, missal adanya PHK karena adanya otomasi kantor.

Terdapat 2 pendekatan dalam Interaksi Manusia dan Komputer, yaitu:
 Machine side ( teknik komputer grafis, sistem operasi, bahasa pemograman, dan bagaimana membangun environment yang relevan)
 Human Side (teori komunikasi, graphic dan industrial design disipline, liguistic, ilmu social, psikologi kognitif, dan human performance are relevant
Point penting dalam IMK adalah:
 Bagaimana menentukan fungsi yang dimiliki sebuah system
 Bagaimana menyajikan kepada user
 Bagaimana membangun sebuah system
 Bagaimana untuk menguji sebuah design
Aspek-aspek dalam IMK:
 Use and context of computers ( U)
 Social Organisation and Work : Dalam kegunaannya bagi manusia sebagai makhluk sosial dalam konteks kerja contoh: untuk mendukung kualitas dan kepuasan kerja;
 Human-Machine Fit and Adaptation
Kesesuain antara manusia dengan mesin yang dibangun bisa dilihat dari;
 Waktu penyesuaian ( saat dibangun atau saat digunakan )
 Apakah mesin atau manusianya yang berubah atau diubah
 Siapa yang membuat perubahan apakah pengguna atau sistemnya
 Human characteristic (H)
 Human Information Processing : karakteristik manusia sebagai pemores informasi. Hal – hal yang penting diketahui atau dipelajari antara lain:
 Model – model arsitektur kognitif
 Teori tentang memori, persepsi, kemampuan motorik, motivasi, dll
 Language, Communication and Interaction : Bahasa sebagai media bagi manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain, aspek –aspek yang dipelajari yaitu sintaksis, sematik dan pragmatisme bahasa dan fenomena – fenomena dan bahasa
 Computer system and interface architectur (C)
 Input dan Output Devices : Konstruksi teknis pada peraltan yang digunakan sebagai media interaksi manusia dan komputer
 Dialogue Techniques : Arsitektur software dasar dan teknik – teknik dalam berinteraksi dengan manusia terdiri dari input dan output dialog, cara – cara berinteraksi, dan masalah – masalah dalam dialog
 Dialogue Genre : Gaya / metode yang digunakan, antara lain: penggunaan metafora; metode – metode yang relevan dengan media lain misal : film, grafis; aspek estetika.
 Computer Graphics : konsep – konsep dasar dari tampilan komputer : aspek geometris dalam 2 atau 3 dimensi, transformasi linear, tampilan warna
 Dialogue Architecture : arsitektur software dan standar – standart untuk antar muka dengan user antara lain: model- model referensi dialog pada sistem ( dialogue system reference models ), model – model pencitraan pada layar (screen imaging models), windows manager models, dan multi user interface architecture.
 Development proses ( D)
 Design Approaches : Proses desain dan topik – topik yang relevan dari disiplin ilmu yang lain, antara lain: ilmu tentang desain grafis, proses pengembangan system, teknik analisa kerja serta desain industrial.
 Implementation Techniques and Tools : Cara- cara dan peralatan implementasi antara lain: hubungan anatara desain, evaluasi, dan implementasi; independensi dan reusability, independensi aplikasi, independensi peralatan; teknik prototype; peralatan dialogue; method berorientasi objek; serta pepresentasi data dan algoritma.
 Evaluation Techniques : metode - metode spesifik untuk evaluasi seperti: productivitas dan aspek –aspek yang dievaluasi seperti waktu, error, kemudahan untuk dipelajari, desain, dll.
Bagaimanapun interaksi manusia dan computer pasti akan selalu ada, karena computer itu sendiri merupakan bagian dari ciptaan manusia. Dengan disusunnya bebagai cara interaksi manusia dan computer maka dapat mempermudah manusia dalam mengoperasikan computer dan mendapatkan berbagai umpan balik yang pengguna perlukan selama pengguna menggunakan computer.

Referensi: http://trihariyono.wordpress.com http://nshafitri-imk.blogspot.com
http://wikipedia.org nimaifa-INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER.ppt

Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan kalimat.

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Apabila tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.

Unsur-unsur kalimat :
- Subjek : merupakan jawaban atas pertanyaan apa dan siapa kepada predikat. Contoh : Aiba memelihara kucing. Maka pertanyaan “Siapa memelihara?” Adalah Aiba.

- Predikat
o Menimbulkan pertanyaan apa dan siapa
o Dapat berupa kata “adalah” atau “ialah”
o Dapat disertai kata aspek (seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan) pada kalimat verba atau adjectiva dan modalitas (seperti ingin, hendak, dan mau) untuk menyatakan keinginan pelaku.

- Objek : Untuk predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.

- Pelengkap : Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.

- Keterangan : Unsur kalimat yang dapat diubah-ubah posisinya. Jika dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.

Dalam suatu kalimat yang biasa digunakan terdapat pola-pola kalimat dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Kalimat dasar tersebut dapat berupa:
- Kalimat dasar berpola SP
Terdiri dari subjek dan predikat. Predikat dapat berupa:
o kata kerja (Ohno(S) sedang memancing(P))
o kata benda (Ayahnya(S) juru masak(P))
o kata sifat (Ohno(S) baik hati(P))
o kata bilangan (Personil Arashi(S) 5 orang(P))

- Kalimat dasar berpola SPO
Mempunyai unsur Subjek, Predikat, dan Objek. Contoh : Mereka(S) sedang menyelenggarakan(P) konser(O).

- Kalimat dasar berpola SP Pel.
Mempunyai unsur Subjek, Predikat, dan Pelengkap. Contoh : Nino(S) berpakaian(P) rapi(Pel).

- Kalimat dasar berpola SPO Pel.
Terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, dan Pelengkap. Contoh : Ohno(S) membelikan(P) Nino(O) topi(Pel).

- Kalimat dasar berpola SPK
Terdiri dari Subjek, Predikat, dan Keterangan. Contoh : Aiba(S) berasal dari(P) Chiba(K).

- Kalimat dasar berpola SPOK
Terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan. Contoh : Mereka(S) makan(P) sawo(O) saat festival(K).

Pola-pola kalimat tersebut juga dapat disusun berdasarkan kata kerja (KK), kata sifat (KS), kata benda (KB) dan kata bilangan (KBil). Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. KB + KK --> Mereka bernyanyi.
2. KB + KS --> Aiba dermawan.
3. KB + KBil --> Harga album terbaru Arashi delapan ratus ribu.
4. KB + (KD + KB) --> Tinggalnya di Jambi.
5. KB1 + KK + KB2 --> Mereka menonton konser.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 --> Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 --> Ohno penyiar.

Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
Macam-macam Kalimat
1. Kalimat Tunggal : kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.

2. Kalimat Majemuk : kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat terjadi dari:

a. Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.
Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal) Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi. (subjek pada kalimat pertama diperluas)

b. Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau lebih pola kalimat.
Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)
Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)
Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.

Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara : kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:
a. Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan, serta, lagipula, dan sebagainya. Contoh: Sho pemuda yang pintar lagi pula tampan.
b. Kalimat majemuk setara memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.
Contoh: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.
c. Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.
Contoh: Dia sangat berbakat, tetapi sangat pemalas.
2) Kalimat majemuk bertingkat : terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan dikenal adanya:
a. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek. Contoh: Diakuinya(P) hal itu(S). Diakuinya(P) bahwa Ohno memang berbakat (anak kalimat pengganti subjek).
b. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat. Contoh: Katanya begitu. Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas itu.
c. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek. Contoh: Mereka sudah mengetahui hal itu.
Mereka sudah mengetahui bahwa dia yang menjadi peran utama.
d. Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan. Contoh: Ayah pulang malam hari. Ayah pulang ketika kami makan malam.

3) Kalimat majemuk campuran : kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.
Contoh: Ketika ia duduk minum-minum(pola atasan), datang seorang pemuda berpakaian bagus(pola bawahan), dan menggunakan kendaraan roda empat(pola bawahan 2).

Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya. Dengan mengetahui unsur-unsur kalimat, pola-pola dasar dan macam-macam kalimat ini maka terbuka wawasan kita untuk mampu menulis dengan kaedah penulisan yang berlaku.

Referensi:
http://serlykeguruan.blogspot.com/
http://sitompulke17.wordpress.com/
PengertianKalimat.pdf
Kalimat_dalam_bahasa_indonesia.pdf

Senin, 04 Oktober 2010

Ragam Bahasa dan Variasi Berbahasa Indonesia

Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Hal ini bisa terjadi mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang beragam dengan keanekaragaman bahasa yang dimiliki pula. Bahasa Indonesia yang menyebar luas dan dipakai oleh masyarakatnya terkadang mengalami penyesuaian oleh masayakat penuturnya akibat kondisi dan situasi yang dihadapi penuturnya. Semuanya mengalami penyesuaian seiring dengan tetap dipakainya bahasa daerah masing-masing. Inilah merupakan salah satu yang menyebabkan variasi berbahasa timbul yaitu akibat penyesuaian dengan kondisi dan lingkungan dimana si penutur hidup dan berinteraksi. Ragam bahasa yang bervariasi ini merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi ini muncul karena pemakai bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi (Subarianto, 2000).

Kridalaksana (1985) mengungkapkan bahwa bahasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai menurut keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu. Variasi itu disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Berikut akan dibahas variasi bahasa yang dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa tersebut. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.

- Variasi berdasarkan fungsinya atau dari segi pemakaian

Variasi bahasa berkenaan dengan penggunanya, pemakainya atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra, jurnalistik, pertanian, militer, pelayaran, pendidikan, dsb.

- Variasi dari segi keformalan

Menurut Martin Joos, variasi bahasa dibagi menjadi lima macam gaya (ragam), yaitu:
Ragam beku (frozen) adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi khidmat dan upacara resmi. Misalnya, dalam khotbah, undang-undang, akte notaris, sumpah, dsb.
Ragam resmi (formal) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, ceramah, buku pelajaran, dsb.
Ragam usaha (konsultatif) adalah variasi bahasa yang lazim digunakan pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, ataupun pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam ini berada diantara ragam formal dan ragam informal atau santai.
Ragam santai (casual) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dangan keluarga atau teman pada waktu beristirahat, berolahraga, berekreasi, dsb. Ragam ini banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk ujaran yang dipendekkan.
Ragam akrab (intimate) adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubngannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau teman karib. Ragam ini menggunakan bahasa yang tidak lengkap dengan artikulasi yang tidak jelas.

- Variasi dari segi sarana

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan tulis.
Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam bahasa ini dipengaruhi oleh bentuk, pola kalimat dan tanda baca.
Goeller (1980) mengungkapkan 3 karakteristik ragam bahasa tulis:
- Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala informasi atau gagasan yang dituliskan.
- Bravety (ringkas) yaitu pengungkapan gagasan yang ringkas, tidak menggunakan kata-kata mubazir dan berulang, serta seluruh kata yang digunakan dalam kalimat ada fungsinya.
- Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah dipahami, penalaran jelas (alur pikirannya mudah diikuti oleh pembaca, dan tidak menimbulkan tafsir ganda.

Terdapat dua perbedaan mencolok yang dapat diamati antara ragam bahasa tulis dan lisan, yaitu:
- Dari segi suasana/peristiwa
Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja orang yang diajak berbahasa tidak ada di hadapan kita. Oleh karena itu perlu ada kejelasan tentang fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, objek dan hubungan antara setiap fungsi tersebut harus nyata dan jelas. Sedangkan dalam bahasa lisan pembicara langsung berhadapan dengan lawan bicaranya sehingga unsure gramatikal tersebut kadangkala dapat diabaikan.
- Dari segi intonasi
Yang membedakannya adalah intonasi yaitu berkaitan dengan panjang pendek suara/tempo, tinggi rendah suara/nada, keras atau lembutnya tekanan yang sulit dilambangkan dalam ejaan dan tanda baca serta cara penulisan.

Contoh penggunaan ragam bahasa dalam berbagai bidang:
- Ragam bahasa hukum
Ragam hukum di Indonesia memiliki cirri-ciri bahasa keilmuan (Moeliono 1974) yaitu :
- Lugas dan eksak
- Objektif dan menekan prasangka pribadi
- Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat, dan kategori yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran
- Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran yang bersensasi
- Membakukan makna kata-katanya, ungkapannya dan gaya pemaparannya

- Ragam bahasa jurnalistik
Bahasa jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menuliskan berita dan disebut juga dengan bahasa komunikasi masa. Menurut Asep Syamsul M. Romli, bahasa yang biasa digunakan wartawan untuk menulis berita di media massa sifatnya :
- Komunikatif yaitu langsung menjamah materi atau ke pokok persoalan
- Spesifik yakni jelas atau mudah dipahami orang banyak, hemat kata, menghindarkan kata mubazir, menaati kaidah EYD dan kalimat-kalimatnya singkat.


Dengan mengetahui ragam bahasa dan variasi berbahasa kita dapat memahami adanya keragaman berbahasa di Indonesia. Hal ini hendaknya dijadikan sarana pembelajaran agar dapat berbahasa dengan baik dan benar serta mampu menggunakannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat.

Referensi:
http://techonly13.wordpress.com
http://azhararief.wordpress.com
http://wikipedia.com
http://joko1234.wordpress.com
www.rometea.com

GO GO GO!

Ohchan

Ohchan